Robbymilana's Blog

Apa yang Anda lihat, belum tentu demikian adanya.

  • Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of new posts by email.

    Join 2 other subscribers
  • My Facebook

Anggota Dewan yang Baik dan Jahat

Posted by robbymilana on April 15, 2010

Jika Thomas Hobbes mengatakan bahwa pada dasarnya semua manusia itu jahat, mungkin dia punya alasan. Tapi yang jelas, Hobbes ingin mencari pembenaran atas teorinya mengenai pembentukan sebuah negara.

Jika pada dasarnya setiap manusia jahat, menurut Hobbes, maka dibutuhkan sebuah kekuatan untuk mengatur bagaimana agar manusia dapat hidup bersama dengan damai dan tentram. Maka Hobbes mengatakan, “manusia perlu negara untuk mengatur itu.”

Kalau kembali kepada ajaran Islam, dikatakan dalam Al-Qur’an bahwa pada dasarnya setiap manusia itu baik. Ketika lahir, setiap manusia seperti kertas putih yang tidak ternoda. Lalu orang tuanya yang menuliskan berbagai makna sehingga mungkin ia akan menjadi jahat atau baik.

Islam bicara mengenai hal ini tidak main-main. Mungkin Islam awalnya mengeneralisir bahwa “semua” manusia pada dasarnya baik. Namun itu dimaksudnya pada “semua manusia yang baru lahir”. Karena setelah itu disusul dengan kalimat “lalu orang tuanya yang menuliskan berbagai makna…”. Kalimat ini tidak mengalami overgeneralisasi..Sama sekali tidak.

Namun untuk memandang para anggota DPR yang terhormat, kita tidak bisa menggunakan kedua analogi di atas. Jika menggunakan analogi Hobbes akan menjadi “semua anggota dewan pada dasarnya jahat.” Ini tidak fair. Karena pasti ada juga yang baik. Namun jika menggunakan analogi Islam bahwa “pada dasarnya semua anggota dewan baik,” juga tidak tepat. Para anggota dewan bukan lagi bayi yang baru lahir. Kelahiran mereka di sini dianalogikan ketika mereka memenangkan kursi saat pemilu legislatif. Dengan demikian, tidak semua anggota dewan itu baik ketika mereka menjabat sebagai dewan yang terhormat. Banyak juga yang memang sejak awal sudah jahat. Bahkan sebelum menjadi caleg mungkin mereka sudah punya niat yang tidak-tidak. Ketika jadi anggota, niat itu diwujudkan melalui tindak yang iya-iya.

Sulit sebetulnya menerka karakter anggota dewan di Senayan sana. Sebab jika berhadapan dengan kamera ungkapan mereka nyaris sama; “Kami mengabdi demi rakyat”. Rakyat yang mana, kurang jelas. Namun kita sepakati saja bahwa tidak semua anggota dewan baik, dan tidak semuanya jahat. Mungkin ada yang korup, mesum, tamak atau gila hormat. Tapi jelas ada pula yang jujur, bermoral, bersahaja dan memang sangat terhormat.

Buktinya apa kalau anggota dewan ada yang baik dan ada yang jahat?
Mudah saja membuktikannya. Jika suatu ketika ada perseteruan di DPR mengenai hal-hal yang mendasar, misalnya soal apakah harga BBM harus naik atau tidak, lalu para anggota dewan itu terbagi-bagi menjadi ada yang setuju dan ada yang tidak (mungkin ada juga yang diam karena kurang pengetahuan atau kurang pede), itu artinya di dalam perseteruan itu ada anggota yang baik, ada juga yang jahat (jelas ada juga yang stupid).

Tapi tunggu!
Belum tentu anggota dewan yang setuju harga BBM naik itu jahat. Mereka pasti punya alasan yang masuk akal akan hal itu. Dan belum tentu yang tidak setuju BBM naik itu baik. Mereka juga pasti punya alasan.

Memang betul. Namun secara empiris boleh dilihat bagaimana kondisi sebagian besar masyarakat kita. Tanyakan kepada rakyat itu apakah mereka setuju dengan kenaikan harga BBM atau tidak. Jika rakyat tidak setuju, tapi anggota dewan justru setuju BBM naik, maka anggota dewan itu jelas-jelas jahat. Ukurannya adalah “penerimaan dari rakyat (public acceptance).

Terlalu simplistis? Mungkin begitu. Tapi mungkin juga tidak.

Leave a comment